Logos Lecture: Thy Kingdom come

Logos Lecture: Thy Kingdom come
Mari melihat secara retrospektif mengenai kehadiran Firman yang menciptakan langit dan bumi menjadi daging yang turun ke dalam dunia; merelakan diri untuk memulai karir di dunia dengan kelahiran sebagai daging yang kecil dan lemah. Namun kekuasannya pun melindungi diri-Nya yang lemah sebagai daging yang mungil. Siapakah Dia sebenarnya?

Senin, 31 Agustus 2009

Opening Statement By Sandpiper

So then it depends not on human will or exertion, but on God, who has mercy’ – Romans 9:16

Sistem soteriologi Calvinisme adalah suatu sistem doktrin keselamatan yang meninggikan Allah dan menempatkan manusia pada tempatnya yang layak. Calvinisme adalah satu-satunya ajaran akan proses keselamatan manusia yang secara konsisten memberikan segala kemuliaan hanya bagi Allah Tritunggal, sesuai dengan apa yang Alkitab ajarkan.

Doktrin ini adalah bagian dari badan sistem teologi yang dikenal sebagai Reformed Theology dan mempunyai ciri-ciri khas yang sesuai dengan ajaran para reformer Protestan yang sangat mempengaruhi para reformer diabad 16 untuk membawa Gereja kembali kepada Alkitab dan jalan yang benar.

Walaupun terkenal oleh karena John Calvin, sesungguhnya doktrin keselamatan ini dapat ditelusuri kembali kepada ajaran St Augustine, dan dapat ditelusuri dari St Augustine kepada ajaran Rasul Paulus. Dengan kata lain, Calvinism adalah doktrin keselamatan yang diajarkan oleh Firman Tuhan, dan telah dipertahankan oleh hamba-hamba Tuhan sepanjang sejarah Gereja yang dipakai oleh Tuhan secara luar biasa, seperti Augustine, Luther, Calvin, Zwingly, John Owen, Jonathan Edwards, CH Spurgeon, George Whitefield, Martin Lloyd Jones, dan lainnya.

Ditahun 1619, Calvinism secara formal dijadikan suatu sistem teologi oleh the Synod of Dort (Sinode National Gereja Reformed di Holland), untuk menanggulangi munculnya ajaran Arminianisme. Ajaran Arminianisme muncul dari Jacobus Arminius (1560-1609) yang pernah belajar dibawah Theodore Beza, yang merupakan salah satu pemimpin reformasi di Geneva setelah kematian John Calvin. Para pengikut Arminius inilah, yang disebut sebagai kaum Remonstrants, yang meneruskan ajaran Arminius setelah kematiannya, dan kemudian dikenal dengan sebutan Arminians

Dan hasil dari Synod of Dort ini adalah apa yang disebut sebagai the Canons of Dort, yang isinya menyimpulkan ajaran Calvinism untuk dapat dikontraskan dengan ajaran Arminianisme. Intinya adalah mengenai 5 hal / poin yang berhubungan dengan doktrin keselamatan. Kelima poin tersebut adalah: Total Depravity, Unconditional Election, Limited Atonement, Irresistable Grace, dan Perseverance of the Saints (atau juga dikenal dengan singkatan TULIP)

Didalam Opening Statement ini, apa yang saya inginkan adalah menjelaskan lebih lanjut mengenai kelima point Calvinisme secara sistematis, sehingga kita bisa mengerti secara positif akan apa yang diajarkan oleh Calvinisme secara umum.

Apa yang sesungguhnya Calvinisme ajarkan mengenai keselamatan? Dan apakah ajaran ini bisa didapati didalam halaman Alkitab sebagai suatu doktrin yang Alkitabiah? Saya percaya demikian adanya, dan berikut ini akan saya berikan penjelasan akan setiap butir dari TULIP. (Perlu diperhatikan bahwa kelima point ini merupakan suatu rantai yang berkesambungan dan tidak bisa dipecah-pecahkan) Kelima point Calvinisme ini (TULIP) adalah bagai suatu sistem atau suatu bangunan yang lengkap dengan fondasi, kerangka, dan atap. Doktrin (T)otal Depravity, misalnya, merupakan suatu doktrin yang secara logika akan melahirkan doktrin (U)nconditional Election, yang kemudian melahirkan doktrin (L)imited Atonement, yang kemudian melahirkan doktrin keempat dari TULIP, yaitu (I)rresistable Grace, yang akhirnya melahirkan doktrin (P)erseverance of the Saints)

1. Total Depravity. (Doktrin Kerusakan Total)

Sejak kejatuhan Adam ke dalam dosa dan mendapatkan kutuknya, manusia telah kehilangan kendali untuk berkehendak bebas secara sungguh-sungguh. Dia memang 'bebas', namun hanya 'bebas' untuk melakukan apa yang jahat. Akibatnya ia dikendalikan oleh prinsip-prinsip yang salah dan tidak mungkin dapat mengasihi Allah atau melakukan sesuatu yang dapat memberikan ia keselamatan. FirmanTuhan berkata, “ Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?” (Yer 13:23). Pandangan dan kesukaannya cenderung selalu bertentangan dengan Allah. Ia tidak mempunyai kemampuan untuk berkeinginan agar ia dapat melakukan apa yang baik dan kudus. Luther berkata “...Free Will having once lost its liberty is compulsively bound to the service of sin, and cannot will anything good ” (Bondage of the Will, p. 125). Kenyataan bahwa seseorang masih dapat melakukan apa yang baik bukan berarti bahwa orang itu baik, sebab motif yang ada dalam hati mereka seringkali tidak benar. Oleh karena kehendak bebas manusia telah miring oleh kuasa dosa, maka ia hanya dapat memilih dengan bebas untuk melakukan hal yang jahat dan yang lebih jahat.

Manusia merupakan mahluk bebas namun itu bukan berarti bahwa Ia dapat mengasihi Allah dengan sendirinya. Sama seperti burung yang patah sayapnya bebas untuk terbang namun tidak mampu, demikian juga manusia bebas untuk datang kepada Allah namun tidak mampu. Bagaimana mungkin seseorang dapat melepaskan dosa jika ia sangat mencintainya? Dan bagaimana mungkin ia dapat berbalik kepada Allah kalau ia sangat membenciNya?. Manusia tidak mampu mengasihi Allah karena mereka tidak berkeinginan demikian. Itu sebabnya Tuhan Yesus berkata di Yohanes 3:19, “Dan inilah hukuman itu: Terang telah datang kedalam dunia tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang, sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat”. Rasul Paulus mengerti akan keadaan kehendak manusia yang telah terbelenggu oleh kuasa dosa tanpa mereka sadari. Roma 8:7 berkata, “Sebab keinginan daging adalah perseteruan dengan Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya”.

Manusia berdosa tidak dapat melihat kemuliaan Kristus, dosa telah merusak manusia rohaninya sampai keakar-akarnya. Oleh karena itu, dia merasa dan berpikir bahwa apa yang salah adalah benar, dan apa yang benar adalah salah. Kesenangannya hanya melakukan apa yang jahat dan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Paulus berkata bahwa, “Manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah sesuatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” (1 Kor 2:14). Ayat ini mengajarkan bahwa manusia berdosa tidak dapat melihat kerajaan Allah apalagi bisa masuk kedalamnya.

Manusia duniawi tidak dapat datang kepada Kristus sebab mata rohaninya buta dan telinga rohaninya tuli. Itulah sebabnya rasul Paulus dikirim olehNya untuk “membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa iblis kepada Allah” (Kisah 26:18). Di 2 Kor 4:3-4, Paulus menulis bahwa orang-orang yang tidak percaya kepada pemberitaan Injil adalah mereka yang “dibutakan oleh ilah jaman ini”. Demikian juga Tuhan Yesus berkata, “Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasaKu? Sebab kamu tidak dapat menangkap firmanKu” (Yoh 8:43).

Bagaimana mungkin seseorang yang lahir dalam dosa, berkeinginan untuk berbuat dosa, dan hidup selalu dalam dosa dan kejahatan dapat melakukan hal yang mulia seperti memilih Kristus? Hal ini tidak mungkin. Yesus sendiri berkata bahwa pohon yang baik akan selalu menghasilkan buah yang baik, sedangkan pohon yang jahat hanya dapat menghasilkan buah yang jahat. Apa maksud dari perkataan Yesus ini, selain bahwa seseorang hanya dapat berbuat sesuatu berdasarkan sifat alami dirinya?

Rasul Paulus bahkan tidak ragu-ragu untuk menyatakan bahwa bukan hanya manusia duniawi tuli dan buta rohaninya,namun pada dasarnya ia telah mati secara rohani. Paulus menulis; “Kamu dahulu sudah mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu” (Efesus 2:1). Semenjak Adam makan buah terlarang di taman Firdaus, ia dan keturunannya telah mati secara rohani. “Lalu Tuhan Allah memberi perintah ini kepada manusia: Semua pohon dalam taman ini boleh kamu makan buahnya dengan bebas, tapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kamu makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.” (Kej 2:16-17). Seseorang yang mati secara jasmani tidak dapat berbuat sesuatu apapun karena ia tidak mempunyai kekuatan lagi untuk berbuat sesuatu, demikian pula manusia duniawi yang mati rohaninya tidak dapat berbuat sesuatu selain tetap hidup didalam dosa dan kejahatan. Oleh sebab itu Tuhan berkata, “Betapa liciknya hati manusia, lebih licik daripada segala sesuatu” (Yer 17:9)

Dari bukti ayat-ayat diatas, kita dapat melihat bahwa manusia sesungguhnya telah kehilangan kehendak bebasnya oleh karena dosa. Bukan hanya mereka buta dan tuli rohani, namun mereka juga sedang mengalami kematian rohani. Kehendak mereka tidak bebas melainkan terjerat oleh Iblis “yang telah mengikat mereka pada kehendaknya” (2 Tim 2:26). Mereka tidak mempunyai kesadaran dan kemampuan untuk melepaskan diri mereka dari dosa, sama seperti seorang budak lemah tidak dapat melepaskan diri dari tuannya yang jahat. Demikianlah keadaan manusia sebelum kuasa kasih karunia Tuhan membebaskan mereka. Mereka menjadi hamba dosa (Yoh 8:34). Jika Allah tidak menggunakan kuasaNya untuk mengubah hati mereka, tidak mungkin seorangpun dapat datang kepadaNya, bertobat apalagi memilih Kristus. Walaupun banyak manusia duniawi yang dapat melakukan pekerjaan yang baik seperti membangun rumah sakit atau sekolah, namun motif mereka tidak berdasarkan kasih kepada Allah melainkan kepada diri sendiri. Oleh karena itu hal itu tidak dapat disebut baik dari sudut pandangan Alkitab.

Dosa meraja rela dimana-mana dan dalam berbagai macam. Jelas bahwa ini merupakan bukti bahwa tidak ada satu manusiapun yang dapat berbuat baik apalagi mempunyai iman kepada Allah. Rasul Paulus berkata bahwa; “mereka semua berada dibawah kuasa dosa, seperti ada tertulis: Tidak ada yang benar, seorangpun tidak. Tidak ada seorangpun yang berakal budi, tidak ada seorangpun yang mencari Allah. Semua orang telah menyeleweng, mereka semua tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak. “ (Roma 3:9-12)

Apa yang diajarkan sebagian orang bahwa manusia dapat memilih apa yang baik tidak sesuai dengan yang dinyatakan oleh Firman Tuhan. Sebaliknya kita seharusnya menyadari bahwa tidak mungkin kita dapat memperoleh keselamatan dan melihat keindahan Kristus tanpa Allah menghidupkan, dan membuka mata dan telinga rohani kita. Alkitab dengan jelas mengajarkan demikian. Tuhanlah, dan bukan manusia yang mati rohaninya, yang memilih dan menetapkan seseorang untuk diselamatkan dan memperoleh hidup yang kekal. Manakah yang lebih kuat? Kehendak manusia atau kehendak Allah? Orang-orang Arminian percaya bahwa kehendak manusia lebih kuat, namun orang-orang Calvinis percaya bahwa Allah yang diberitakan oleh Injil adalah Allah yang berdaulat dan berkuasa untuk memerintah baik di jagat raya maupun di dalam hidup manusia.

2. Unconditional Election (Pemilihan Tidak Bersyarat)

Apakah pemilihan Allah untuk menyelamatkan manusia berdasarkan persyaratan tertentu? ataukah pemilihan itu berdasarkan oleh diri Allah sendiri tanpa adanya suatu faktor lain yang mempengaruhi pilihan Allah itu? Baik Arminian dan Calvinis sama percaya akan adanya election atau predestinasi. Perbedaannya antara kedua pihak adalah Arminian menekankan bahwa predestinasi manusia kepada keselamatan didasarkan foreknowledge (pengetahuan akan masa datang) Allah yang melihat bahwa si manusia akan memilih untuk percaya kepada Kristus. Sedangkan Calvinis percaya bahwa dasar predestinasi adalah bukan dari apapun yang manusia lakukan atau pilih di waktu kapanpun, melainkan atas kerelaan hati dan kasih karunia Allah sepenuhnya pada seseorang dari awal kekekalan.

Dengan kata lain, harus ada kerja sama antara manusia dan Allah dalam proses keselamatan sesuai Arminianisme. Dan ini menyebabkan adanya konsep sinergisme dalam soteriologi Arminianisme, dibandingkan dalam Calvinisme yang bersifat monergistik. Dan oleh karena tidak semua manusia menerima keselamatan ini, seorang Calvinis berkata bahwa predestinasi Allah ini adalah hanya bagi sebagian manusia, yaitu umat pilihan Allah, dan bukannya untuk semua manusia tanpa kecuali. Allah mengenal umatNya dan mengasihi mereka sebelum dunia dijadikan dan menentukan dari semula agar mereka ini mempunyai keselamatan kekal dalam Yesus Kristus (lihat Efesus 1:4-5). Jadi jika kita bisa sampai menerima keselamatan tersebut, ini adalah bukan karena sesuatu yang kita lakukan (termasuk kehendak kita) melainkan semata-mata karena kasih karunia Allah yang Dia berikan sesuai rancanganNya dari semula. Dan apa yang Dia rencanakan tidak bisa gagal seperti kata Mazmur 33:10-11, “TUHAN menggagalkan rencana bangsa-bangsa; Ia meniadakan rancangan suku-suku bangsa, tetapi rencana TUHAN tetap selama-lamanya, rancangan hati-Nya turun-temurun”

Paulus dalam Roma 8:29-30 menegaskan mengenai rantai keselamatan umat pilihan Allah yang tidak bisa dipisah-pisahkan dan menelusurinya kembali kepada pilihan Allah sejak awalnya, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.”

Juga dalam Roma 9, Paulus kembali menegaskan bahwa keselamatan manusia didasarkan bukan karena kehendak manusia melainkan atas dasar pilihan Allah sendiri, dan dia memberikan Yakub dan Esau sebagai contoh kedaulatan Allah dalam keselamatan mereka, yang telah ditentukanNya saat mereka masih belum lahir ke dunia.
“Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, --supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya--dikatakan kepada Ribka: ‘Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,’ seperti ada tertulis: ‘Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” (Roma 9:11-13)

Jika memang pemilihan atas manusia berdasarkan kasih karunia dan kehendak bebas manusia, seperti yang orang Arminian katakan, maka manusia mempunyai andil dalam keselamatan itu, tidak perduli seberapa kecilnya peranan dia. Dan jika ada peranan manusia yang dihitung oleh Allah dalam kasih karunia keselamatan, maka kasih karunia bukan lagi kasih karunia yang sepenuhnya, melainkan menjadi suatu kerja sama antara Tuhan dan ciptaanNya. Walaupun seorang Arminian akan menyanggah dengan cepat bahwa keselamatan adalah kasih karunia, tapi dia tidak bisa mempungkiri kenyataan bahwa ada faktor ‘perbuatan’ dalam keselamatan menurut sistem teologinya.

Pihak non Calvinis sering kali melihat doktrin unconditional election secara negatif, namun sebaliknya, doktrin ini sangat menghibur orang percaya. Kita bisa merendahkan diri dihadapan Allah dan hati kita dihadapan manusia sebab kita sadar bahwa keselamatan yang kita peroleh adalah sepenuhnya dari Allah, dan semata karena kerelaan kehendakNya. Doktrin ini mengajar kita untuk mengasihi Allah yang telah menyelamatkan kita yang tidak layak ini, dan memberikan motivasi kuat untuk berjalan mengasihi Dia. Oleh karena itulah John Newton, seorang Calvinis, menulis hymne ‘Amazing Grace’ sebab ia sadar bahwa dia yang tadinya buta dan mati rohaninya telah Allah hidupkan dan selamatkan oleh karena kasihNya. Selain itu, semangat penginjilan kita semakin dikuatkan, sebab kita tahu bahwa pesan Injil itu tidak akan kembali secara sia-sia melainkan akan memenuhi apa yang Allah sudah rencanakan dalam hidup orang orang pilihanNya.

3. Limited Atonement (Penebusan Yang Terbatas)

Apakah Kristus mati untuk semua orang tanpa terkecuali, atau hanya mereka yang terpilih saja? Jika kita melihat bahwa begitu banyak orang-orang yang mati tanpa mengenal Kristus maka kita pun bertanya apakah kematian Kristus hanya sekedar membuat keselamatan semua orang mungkin, atau sungguh-sungguh menyelamatkan orang itu. Orang Arminian percaya bahwa Kristus mati untuk semua orang sedangkan Calvinis percaya bahwa Kristus mati hanya untuk menebus dosa sebagian orang, sesuai dengan maksud Allah sendiri yang, “di dalam segala sesuatu bekerja menurut keputusan kehendakNya.” (Efesus 1:11). Allah tidak berkewajiban untuk menyelamatkan semua manusia yang berdosa. Dia berfirman, “Tidakkah aku bebas mempergunakan milikku menurut kehendak hatiku? Atau iri hatikah engkau karena aku murah hati?” (Matius 20:15).

Jika Kristus mati bagi semua orang maka harga penebusan itu sendiri menjadi tidak berarti. Penebusan Kristus, jika demikian, tidak akan sungguh-sungguh menyelamatkan siapapun, karena menurut Arminianism, seseorang mempunyai free will untuk menolak kuasa penebusan itu dan seorang yang percaya dapat menjadi murtad. Oleh karena itu, penebusan, menurut orang Arminian, hanya memungkinkan seseorang untuk selamat. Tapi jika penebusan yang dilakukan Kristus hanya untuk mereka yang terpilih dan ditebus maka kita dapat melihat bahwa penebusan yang Dia lakukan sungguh-sungguh menjamin keselamatan seseorang.

Penebusan apakah yang Kristus lakukan di kayu salib? Penebusan yang murah harganya karena tidak menjamin keselamatan,walaupun diberikan kepada semua orang; atau yang mahal harganya karena Dia menjamin akan keselamatan mereka yang dipilihNya? Calvinis percaya kematian Kristus menjamin keselamatan orang-orang pilihanNya. Sebab itu kita harus sadar, bahwa walaupun doktrin Calvinis membatasi luasnya penebusan, namun doktrin Arminian juga membatasi kuasa penebusan yang dilakukan Kristus. Calvinis membatasi penebusan secara kuantitas, dan bukan kualitas. Sedangkan Arminian membatasi penebusan secara kualitas, dan bukan kuantitas. Bagi Calvinis, penebusan yang dilakukan Kristus adalah ibarat jembatan sempit namun yang cukup panjang untuk dapat menyeberangi jurang yang luas; namun bagi orang Arminian, penebusan Yesus hanya ibarat jembatan besar lebar tetapi tidak cukup panjang untuk dapat menyeberangi jurang tersebut. Jadi, adalah orang Arminian yang jauh lebih membatasi penebusan yang dilakukan Kristus daripada seorang Calvinis

Jika memang rencana Allah tidak dapat gagal, maka tidaklah mungkin Ia merencanakan keselamatan bagi semua orang. Sebab baik di Alkitab maupun didalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat lihat berapa banyak jiwa-jiwa yang akhirnya binasa tanpa mengenal Allah. Jikalau Allah merencanakan untuk menyelamatkan mereka maka apakah mungkin bahwa mereka tidak selamat? Bukankah itu berarti bahwa Allah gagal dalam rencanaNya? Namun Arminian mengajarkan dengan teologi mereka bahwa Allah sering melakukan kesalahan dan gagal di dalam melaksanakan rencanaNya. Perhatikan perkataan Yesus, “Aku memberikan nyawaKu bagi domba-dombaKu” (Yohanes 10:15). Perbandingkan ayat ini dengan ayat 26 yang berbunyi, “tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-dombaKu.” Kata 'karena' di sini menjelaskan bahwa ada sebab (yaitu: bukan domba) dan akibat (yaitu: tidak percaya). Karena mereka bukan-domba-domba Allah, oleh karena itu mereka tidak dapat percaya. Orang Arminian memutar balikkan teks ini dan mengajarkan bahwa untuk menjadi domba Allah, kita harus percaya dahulu. Bukankah jelas firman ini mengajar bahwa ada sebagian manusia yang merupakan domba-domba Allah dan ada lagi sebagian manusia yang bukan merupakan domba-dombaNya? Dan bukankah ini dengan jelas menyatakan bahwa Kristus memberikan nyawaNya hanya bagi domba-dombaNya? (ayat 15).

Oleh karena apa yang dikerjakan Allah tidak pernah sia-sia, maka kita tahu bahwa siapa yang Allah Bapa pilih, dan siapa yang Tuhan Yesus selamatkan, dan siapa yang Roh Kudus jamah – dengan kata lain, pemilihan, penebusan dan pengudusan – haruslah mereka yang sama, baik secara jumlah maupun individu. Pekerjaan Allah Trinitas selalu harmonis dan tidak berbeda satu dengan yang lainnya. Jika Allah Bapa menginginkan satu hal maka Allah Anak dan Allah Roh Kudus juga menginginkan hal yang sama. Sebaliknya, jika Allah Bapa tidak menginginkan sesuatu hal, maka Allah Anak dan Allah Roh Kudus juga tidak akan menginginkan hal itu. Tuhan Yesus mati dan bangkit hanya bagi orang – orang pilihan Bapa, dan Roh Kudus menjamah hanya bagi orang-orang pilihan Bapa, yaitu sebanyak yang Tuhan panggil sesuai dengan rancanganNya terlebih dahulu. Tuhan Yesus mati untuk mempelaiNya, GerejaNya, umatNya. Dia tidak sekadar mati untuk menebus mereka yang akhirnya tetap akan binasa. Sebelum Ia mati di kayu salib, Ia tahu benar siapa-siapa yang merupakan milikNya yang akan Ia tebus, yaitu domba-dombaNya. Didalam benakNya sebelum Ia mati, terbayang jelas setiap rupa orang-orang pilihanNya. Ia tidak mati tanpa mempunyai tujuan yang pasti, dan Ia tidak berharap kepada keberuntungan. Ia ingat akan janji BapaNya bahwa pada saat “ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunanNya…dan menjadi puas.” (Yesaya 53:10-11). Hal inilah yang membuat Dia, “tekun memikul salib ganti sukacita yand disediakan bagi Dia.” (Ibrani 12:2). Kita adalah sukacitaNya, oleh karena itu walaupun Ia harus menderita dan mati, dia dengan rela melakukannya, sebab Ia tahu dan mengasihi dengan kasihNya yang sempurna umat pilihanNya. Betapa hal ini seharusnya membuat kita sadar dan rendah hati, bahwa Allah yang maha kudus dan mulia rela mengorbankan AnakNya agar kita memperoleh hidup kekal.

4. Irresistable Grace (Anugerah yang tidak dapat ditolak)

Kalau doktrin unconditional election mengajarkan bahwa Allah Bapa telah memilih sebelumnya siapa yang akan diselamatkan, dan doktrin Limited Atonement mengajarkan bahwa kematian Allah Anak hanya diperuntukkan bagi orang-orang tersebut, maka doktrin Irresistable Grace mengajarkan bahwa Allah Roh Kudus merupakan Pribadi Allah yang menarik mereka itu juga untuk percaya dan bertobat, lewat kuasa kelahiran baru. Jadi kita lihat adanya tugas masing-masing dari ketiga Oknum Pribadi Allah didalam proses keselamatan Allah, yang sama pentingnya. Doktrin Irresistable Grace (IG), adalah salah satu doktrin yang paling sering disalah pahami. IG tidak mengajarkan bahwa manusia tidak bisa menolak semua anugerah Allah, melainkan bicara mengenai anugerah yang bersifat sangat spesifik, yaitu mengenai keselamatan umat pilihan Allah. Jika ketiga doktrin TULIP sebelumnya adalah benar, maka doktrin ini pun akan menjadi benar, sebab ini adalah derivatif dari ketiga doktrin sebelumnya.

Para ahli teologi reformed membedakan antara dua macam kasih karunia. Yang pertama dinamakan common grace, dan yang kedua particular grace. Common grace bicara mengenai anugerah yang diberikan Allah kepada siapa saja, seperti matahari, hujan, udara segar dan sebagainya. Baik mereka yang percaya maupun yang tidak percaya sama-sama menikmati anugerah ini. Tapi IG adalah anugerah yang bersifat particular, yaitu suatu anugerah yang diberikan Allah secara khusus dan spesifik dan ditujukan hanya bagi mereka yang Allah pilih dari mulanya untuk menerima kehidupan kekal lewat pengorbanan Kristus disalib. Dan oleh karena Allah berdaulat atas manusia, maka Dia bisa memberikan kasih karunia macam ini kepada umat pilihanNya, yang tadinya hidup memberontak senantiasa kepadaNya.

Selain itu, IG ini bukan merupakan panggilan yang external (yang bisa kita terima oleh panca indera kita) melainkan panggilan yang bersifat internal (yang merupakan panggilan Roh Kudus kepada hati kita yang disertai oleh kuasaNya). Inilah panggilan yang menyebabkan regenerasi (kelahiran baru) didalam jiwa manusia, dan yang tanpanya kita akan pasti menolak augerah Allah lewat pesan Injil yang diberitakan. Jadi tanpa adanya IG ini, manusia akan terus menerus menolak anugerah Allah. IG adalah suatu karya Allah yang dapat kita temukan pembahasannya didalam Ezekiel 36:26-27, “Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.” Perhatikan bahwa diayat ini, Allah tidak meminta ijin siapapun untuk melakukan ‘perombakan’ hati manusia yang bersangkutan, sebab Dia adalah Allah yang berdaulat dan berkuasa untuk melaksanakan apapun yang Dia rencanakan.

Dan ini yang juga Paulus ajarkan dalam 2 Tesalonika 2:13-14, perhatikan bahwa disini Paulus memberikan 2 macam panggilan, yaitu yang bersifat internal (oleh Roh) dan external (lewat pemberitaan pesan Injil), “Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya telah memilih kamu untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan kamu dan dalam kebenaran yang kamu percayai. Untuk itulah Ia telah memanggil kamu oleh Injil yang kami beritakan, sehingga kamu boleh memperoleh kemuliaan Yesus Kristus, Tuhan kita.”

Kedaulatan Allah adalah sesuatu yang dikonfirmasikan oleh Alkitab atas segala ciptaanNya dan didalam segala hal, Daniel 4:35 menyatakan hal itu dengan sangat jelas, “Semua penduduk bumi dianggap remeh; Ia berbuat menurut kehendak-Nya terhadap bala tentara langit dan penduduk bumi; dan tidak ada seorangpun yang dapat menolak tangan-Nya dengan berkata kepada-Nya: "Apa yang Kaubuat?". Jelas bahwa Allah bisa saja mengalahkan kekerasan hati manusia jika Ia kehendaki. Dan jika ada yang berkata bahwa ini tidak adil dan melawan prinsip kehendak bebas manusia, maka orang itu memberikan protes yang sama dengan mereka yang memprotes apa yang Paulus tuliskan di Roma 9:14 -18, dengan berkata, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? “

Dan Paulus menjawab objection mereka ini dengan menulis, “Mustahil! Sebab Ia berfirman kepada Musa: "Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati." Jadi hal itu tidak tergantung pada kehendak orang atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah. Sebab Kitab Suci berkata kepada Firaun: "Itulah sebabnya Aku membangkitkan engkau, yaitu supaya Aku memperlihatkan kuasa-Ku di dalam engkau, dan supaya nama-Ku dimasyhurkan di seluruh bumi." Jadi Ia menaruh belas kasihan kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Ia menegarkan hati siapa yang dikehendaki-Nya.”

Ini juga yang diajarkan oleh Yesus ketika Ia menjelaskan bagaimana seseorang bisa menerima Dia, “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”. Panggilan atau tarikkan Allah inilah yang menyebabkan seseorang datang kepada Kristus dan bertobat, dan berkeinginan untuk diselamatkan. Ini bukan sesuatu yang terjadi karena kehendak bebas manusia, melainkan, sekali lagi, semata-mata karena kasih karunia Allah Tritunggal saja.

Oleh karena manusia sudah mati dalam dosanya dan tidak bisa menghidupkan dirinya sendiri kepada hal-hal yang spiritual , maka yang diperlukan adalah pertolongan Allah. Dia harus lahir kembali lewat kuasa Allah Roh Kudus, saat ia menerima nature yang baru, maka ia langsung dapat melihat keindahan Kristus yang dinyatakan Roh, dan menaruh iman dan pengharapannya kepada Kristus saja. Seperti kata Roma 9:16, ini bukanlah sesuatu yang terjadi menurut kehendak manusia, melainkan karena kehendak Allah dan kemurahanNya.

5. Perseverance of the Saints (Ketekunan orang-orang kudus)

Jika Allah sudah merencanakan keselamatan seseorang, maka Ia akan menjalankan rencanaNya itu sampai tuntas, dan sempurna. Allah adalah Allah yang setia, dan doktrin ini didasarkan bukan oleh kesetiaan para orang kudus sebenarnya, melainkan berdasarkan kesetiaan Allah kepada umatNya dan firmanNya.
The Westminster Confessions of Faith (bab 17) menyimpulkan doktrin ini sebagai berikut:
“I. They, whom God hath accepted in His Beloved, effectually called, and sanctified by His Spirit, can neither totally, nor finally, fall away from the state of grace: but shall certainly persevere therein to the end, and be eternally saved.
II. This perseverance of the saints depends not upon their own free will, but upon the immutability of the decree of election, flowing from the free and unchangeable love of God the Father; upon the efficacy of the merit and intercession of Jesus Christ; the abiding of the Spirit, and of the seed of God within them; and the nature of the covenant of grace: from all which ariseth also the certainty and infallibility thereof.
III. Nevertheless, they may, through the temptations of Satan and of the world, the prevalency of corruption remaining in them, and the neglect of the means of their preservation, fall into grievous sins; and, for a time, continue therein: whereby they incur God's displeasure, and grieve His Holy Spirit, come to be deprived of some measure of their graces and comforts, have their hearts hardened, and their consciences wounded, hurt and scandalize others, and bring temporal judgments upon themselves.”


Apa yang ditulis oleh para Westminster divines ini menjelaskan bahwa doktrin Perseverance of the Saints adalah doktrin yang mengajarkan bahwa jika seseorang sudah dipilih oleh Allah sejak semula untuk diselamatkan dan sudah mengalami kuasa Roh Kudus dalam menerima keselamatan yang Kristus sediakan lewat pengorbananNya di salib, maka keselamatan orang pilihan Allah tersebut tidak akan terhilang untuk selamanya. Arminian, dilain pihak, menyatakan bahwa keselamatan seseorang bisa sungguh-sungguh terjadi dan hilang kembali. (Walaupun demikian, ada sebagian Arminian yang percaya akan doktrin perseverance of the saints, karena Arminius sendiri masih meragukan hal ini).

Selain itu keselamatan ini juga tidak didasarkan oleh kehendak bebas manusia, melainkan predestinasi Allah yang lahir dari kerelaan hati Allah semata. Dan walaupun keselamatan kita tetap selamanya, hal itu bukan berarti orang percaya tidak bisa berdosa. Godaan Iblis dan dunia sering kali membuat orang percaya berdosa, tapi yang doktrin ini tekankan adalah bahwa Allah akan ikut campur tangan dalam kehidupan anak-anakNya sampai akhirnya mereka akan kembali bertobat dan tidak sampai menyangkal Kristus dan berubah menjadi murtad sampai akhir hidupnya. Allah akan menjaga kehidupan mereka, sebab Dia tahu bahwa manusia adalah mahluk yang lemah, dan perlu kasih karuniaNya senantiasa. Dan kasih karuniaNya inilah yang akan menjaga, membimbing dan menguduskan umat pilihanNya sampai akhirnya Tuhan datang datang kembali menjemput mereka.

Baik Calvinis dan Arminian sama-sama percaya bahwa orang percaya disurga akan tidak mungkin berdosa lagi. Tapi tidak ada diantara Calvinis dan Arminian yang percaya bahwa manusia disurga kehilangan kehendak bebasnya. Jika Allah bisa menjaga keselamatan orang percaya disurga, tanpa harus meniadakan kehendak bebas, lalu mengapa tidak didunia? Apakah Allah kurang berkuasa didunia ini dibanding disurga?

Paulus dalam Filipi 1:6 berkata bahwa keselamatan umat pilihan Allah akan disempurnakan oleh Allah sendiri, “Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”. Paulus percaya bahwa Allah kita bukan Allah yang bekerja setengah-setengah, melainkan selalu menggenapi seluruh rancanganNya sampai sempurna. Demikian pula sang pemazmur berkata dengan penuh keyakinan bahwa, “TUHAN akan menyelesaikannya bagiku! Ya TUHAN, kasih setia-Mu untuk selama-lamanya;” (Maz. 138)

Kelima point Calvinisme ini menunjukkan secara konsisten apa yang Alkitab ajarkan mengenai keselamatan manusia, yaitu bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang berdaulat penuh dalam segala hal, dan yang memilih kita untuk diselamatkan bukan berdasarkan apapun selain kehendakNya sendiri yang mulia.

PilihanNya ini didasarkan oleh kasihNya kepada mereka dari awal kekekalan dan bukan karena apa yang akan mereka lakukan dikemudian hari. Dia mengirim AnakNya, untuk menebus dosa-dosa orang pilihanNya, dan memberikan Roh KudusNya bagi mereka, sehingga hidup mereka diubah untuk menjadi serupa dengan Kristus dan keselamatan mereka terjaga selamanya. Oleh sebab itu para reformer mencetuskan slogan: Soli Deo Gloria

1 komentar:

  1. Play Online Baccarat (2021) | Rohnione - Wor
    Play online Baccarat, an exciting game for online players. Learn 바카라 how to 메리트 카지노 쿠폰 play, calculate 샌즈카지노 and play free card games like Blackjack and Cards.

    BalasHapus