Logos Lecture: Thy Kingdom come

Logos Lecture: Thy Kingdom come
Mari melihat secara retrospektif mengenai kehadiran Firman yang menciptakan langit dan bumi menjadi daging yang turun ke dalam dunia; merelakan diri untuk memulai karir di dunia dengan kelahiran sebagai daging yang kecil dan lemah. Namun kekuasannya pun melindungi diri-Nya yang lemah sebagai daging yang mungil. Siapakah Dia sebenarnya?

Senin, 31 Agustus 2009

2nd rebuttal By Willie

Second Rebuttal


I never said this, I never thought of saying it, and, relying on God’s grace, I never will enunciate my sentiments on matters of this description in a manner thus desperate and confused. I simply affirm, that this enunciation is false, "faith is not the pure gift of God;" that this is likewise false, if taken according to the rigor of the words, "faith depends partly on the grace of God, and partly on the powers of free will" and that this is also false when thus enunciated, "If a man will, he can believe or not believe." (James Arminius, Article XXVII, http://www.ccel.org/ccel/arminius/works1.html)

Dalam first rebuttal-nya, sandpiper menyatakan bahwa doktrin prevenient grace dalam Arminianisme menjadikan doktrin Total Depravity tidak berlaku lagi, tapi ini tidaklah tepat. Telah dipulihkannya kemampuan manusia untuk memilih adalah semata-mata anugerah Allah, tapi mereka yang memilih untuk tidak memilih Allah akan tetap mati dan mengikuti keinginan dosa-dosanya sesuai dengan doktrin Total Depravity.

Sandpiper mempertanyakan dasar biblis mengenai regenerasi free-will ini, tapi di dalam Alkitab kita bisa baca: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya." (1 Cor 10:13).
Tulisan St. Paul kepada Gereja di Korintus ini memberitahukan kita bahwa Allah akan memberikan kita kemampuan kepada orang-orang Kristen untuk menghadapi pencobaan yang datang. Orang-orang Kristen adalah tetap orang-orang berdosa. Dan bagaimana mungkin orang-orang Kristen memiliki kemampuan untuk berdosa dan untuk tidak berdosa tanpa memiliki free-will untuk melakukannya?
Ini adalah bukti sederhana mengenai adanya regenerasi free-will dalam Alkitab.

Dan dalam kasus Yohanes 6:37-44, yeah sure, tentu saja semua yang diberikan Bapa kepada Yesus akan datang, tapi ini tidak berarti bahwa mereka-mereka yang datang ini dikarenakan mereka tidak dapat menolak panggilan Allah. John Wesley mendefinisikan mereka ini sebagai "all that feel themselves lost, and follow the drawings of the Father, he in a peculiar manner giveth to the Son". Tentu saja, mereka yang mengikuti 'tarikan dari Allah Sang Bapa' inilah yang PASTI akan datang kepada Yesus. Lagipula, pada bagian lain dari Alkitab, Yesus mengatakan bahwa setelah dimuliakan, Ia akan menarik SEMUA orang kepada-Nya.. "dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku" (Yoh 12:32). Sehingga kalau 'tarikan' ini dimengerti seperti apa yang Calvinis mengerti, maka kita tidak akan ke mana-mana kecuali jatuh kepada universalisme. Jadi apa yang harus dimengerti adalah bahwa pada dasarnya SEMUA orang memiliki kesempatan yang sama untuk 'ditarik', tapi yang PASTI DATANG adalah mereka yang (dengan free-will yang telah diperbarui) mengikuti tarikan Bapa.

Tapi sandpiper (sebagaimana Calvinis yang lain) dengan segera akan memberikan kualifikasi kepada kata "SEMUA" ini sehingga maknanya menjadi tidak sama dengan apa yang tertulis. Dan ketika diperhadapkan dengan Roma 3:23, sandpiper mengatakan bahwa ini "berbeda konteks" dengan Yohanes 12:32, sehingga kata "semua" pada Roma 3:23 diartikan secara plainly, dan ayat yang satu diberikan kualifikasi. Entahlah, saya tidak suka sekedar memutar-mutar kalimat, tapi saya rasa saya sudah memberikan 1 ayat yang menghadap-hadapkan kata "semua" ini dalam kasus "keberdosaan" dan "kesempatan untuk diregenerasikan" sehingga kata "semua" seharusnya diartikan secara apa adanya:
"Sebab itu, sama seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula oleh satu perbuatan kebenaran semua orang beroleh pembenaran untuk hidup. Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua orang menjadi orang benar." (Roma 5:18-19).

Tapi kemudian sandpiper mempertanyakan ayat ini dengan pertanyaan: "Apakah posisi Willie bahwa ayat ini mengajarkan semua orang telah menerima justifikasi dari Allah oleh karena Yesus? Jika iya, lalu mengapa sebagian dari mereka bisa kembali menerima hukuman kekal?".
No, sama sekali tidak. Memang tidak semua orang lantas ke surga, karena (walaupun justifikasi itu ditawarkan kepada semua orang) Arminian percaya bahwa keselamatan tidak-tidak bisa hilang. Tapi bukan itu poinnya. Poinnya adalah bahwa apa yang mereka perbuat telah memberikan efek bagi semua orang. Albert Barnes berkata:
It is but justice to state, that the commentator maintains that a resemblance between Adam and Christ lies not at all in the mode in which sin and righteousness, life and death have been respectively introduced by them; but is found in the simple fact that “the effect of their doings did not terminate on themselves, but extended to numberless other persons.”

Anehnya, sandpiper balik menuduh Arminian juga tidak konsisten dengan memberikan kualifikasi terhadap kata "semua". Dan saya berkata bahwa ini bukanlah inkonsistensi, justru ini adalah posisi yang konsisten terhadap apa yang Arminian ajarkan:

SEMUA orang berdosa
|
|
\|/
SEMUA orang ditarik --> percaya --> terus mengerjakan keselamatannya --> selamat
| |
| |--> meninggalkan keselamatannya --> binasa
|
|--> tidak percaya --> binasa

Sesederhana itu. Jadi di mana letak tidak konsistennya? Di mana kualifikasi tambahannya seperti yang Calvinis tambahkan?

Lagipula kalau memang benar Arminian ternyata inkonsisten sesuai yang sandpiper tuduhkan, lalu apakah langkah Calvinis (yang juga diakui oleh sandpiper sebagai) yang inkonsisten menjadi mendapatkan pembenaran? Tentu saja tidak. Please remember that two wrongs are still two wrongs, they don't make a right.

Mengenai Matius 11:28-30 yang berbicara mengenai undangan Kristus kepada semua orang, sandpiper mengatakan bahwa Article V, 2nd Head dari Canons of Dordt juga mengajarkan hal tersebut. Tapi saya ulangi lagi: kalau memang ada sebagian orang yang dari awalnya tidak ditentukan untuk mampu menjawab undangan tersebut, lalu mengapa undangan itu tetap diberikan kepada orang tersebut? Bukankah ini adalah hal yang sia-sia?

Untuk menjawab pertanyaan ini, sandpiper bahwa adanya suatu perintah untuk melakukan sesuatu tidak berarti bahwa kita harus mampu melakukan perintah tersebut, dengan contoh hukum Taurat. Keberatan saya adalah: apakah Allah kita ini begitu penganggurannya sehingga Ia memberikan perintah yang Ia sendiri tahu bahwa umat-Nya tidak akan mampu melakukan perintah tersebut?
Bahkan Taurat pun bisa dilakukan, even jika hal tersebut tidak dijalankan secara sempurna. Dan Taurat ini pula yang menjadi ukuran bagi bangsa Israel yang hidup sebelum Kristus: "Sebab semua orang yang berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat akan dihakimi oleh hukum Taurat. Karena bukanlah orang yang mendengar hukum Taurat yang benar di hadapan Allah, tetapi orang yang melakukan hukum Tauratlah yang akan dibenarkan." (Roma 2:12-13)

Jadi buat apa Allah buang-buang waktu dan tenaga umat-Nya demi sesuatu yang sia-sia untuk diikuti kalau hal itu tidak mampu memberikan pembenaran kepada mereka bahkan ketika itu disebut sebagai "bayangan dari yang akan datang"?

Selanjutnya, tentang Yohanes 15:5-6 sandpiper menjawab bahwa ayat ini tidak berbicara mengenai orang-orang pilihanNya. Memang perikop ini tidak sedang berbicara mengenai pemilihan secara khusus, tapi yang ingin saya tekankan dari perikop ini adalah bahwa Allah tetap melihat suatu kualifikasi dari diri manusia itu sendiri (conditional election), dan pada kasus ini adalah bahwa seseorang harus memilih untuk tinggal dalam Yesus. Seperti yang sudah saya sampaikan di opening statement:
Di sini Yesus tidak mengatakan bahwa kita akan tinggal dalam-Nya, tidak pula mengatakan bahwa beberapa orang akan tinggal dan beberapa lainnya tidak tinggal. Apa yang kitab suci katakan adlah bahwa Ia memerintahkan kita untuk tinggal. Jika kita tidak memiliki kemampuan untuk memilih-Nya, maka perintah ini akan jadi tidak berarti (atau lebih buruknya jika doktrin Unconditional Election Calvinis ternyata benar, maka kita akan memiliki sebuah kontradiksi: ayat ini menyatakan bahwa kita dapat menentukan untuk tinggal atau tidak, padahal Tuhan ternyata sudah menetapkan kita untuk tinggal).

Sandpiper kemudian memberikan emphasize pada Yohanes 15:16 pada frase "..menghasilkan buah dan buahmu itu tetap..", mungkin untuk mendukung doktrin OSAS. Tapi bagian ini tidak harus diartikan seperti itu. Albert Barnes menafsirkan ayat itu sebagai bahwa buah dari orang yang memilih untuk tinggal di dalam pokok anggur akan bernilai permanen.. "That the effect of their labors would be permanent on mankind. Their efforts were not to be like those of false teachers."

Pada bagian selanjutnya yang membahas Yohanes 3:14-15 dan 6:40, sandpiper tidak melakukan apa-apa kecuali memberikan karikatur mengenai apa yang Arminian ajarkan dan kemudian menyerang karikatur yang ia buat sendiri. Arminian tidak mengajarkan bahwa keselamatan adalah hasil dari kehendak bebas manusia. Hal yang demikian adalah monergisme dari sisi manusia yang tidak hanya sekedar semi-pelagianisme,tapi sudah murni pelagianisme. Silahkan dibaca kutipan James Arminius yang saya kutip sebagai pembuka 2nd rebuttal ini.

Arminian mengajarkan bahwa Allah memang mutlak berdaulat atas seluruh ciptaan-Nya, tapi hal ini tidak menjadikan-Nya memaksa sebagian dari manusia untuk ke surga dan sebagian lainnya untuk ke neraka. Arminian mengajarkan bahwa kedaulatan Allah tidak harus menghilangkan tanggung jawab manusia untuk menjawab panggilan Allah jika ia ingin selamat. Dan dalam hal ini, Allah memang memiliki kemampuan untuk fore-see siapa-siapa saja yang akan menerima-Nya. Jadi, Allah mem-predestinasi-kan untuk selamat mereka-mereka yang Allah sudah ketahui akan memilih-Nya. Dalam konteks inilah predestinasi Arminian diajarkan.

Lalu timbul pertanyaan: "apakah kehendak ini sungguh bebas, mengingat Allah sudah tahu sebelumnya apa yang akan dilakukan manusia tersebut?"
Maka kita akan kembali lagi ke definisi dari "free will" itu sendiri. Martin Luther mengatakan bahwa: "for the power of "free-will" is nil, and it does no good, nor can do, without grace. It follows, therefore, that "free-will" is obviously a term applicable only to Divine Majesty;

Ketika Arminian berbicara mengenai free-will, maka ia tidak sedang membicarakan will yang benar-benar free, karena hanya Allah yang tidak bebas berkehendak, sementara manusia terkungkung dalam keterbatasan-keterbatasannya. Ketika Arminian berbicara mengenai free-will, maka ia sedang berbicara mengenai kebebasan manusia untuk menentukan pilihannya sendiri (freedom to choose), dan tidak lebih dari itu. Sehingga Arminian sebenarnya tidak memiliki kewajiban untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas. Maaf membuat Calvinis kecewa.


Mari masuk ke General Atonement.

Ada gerombolan bandit miskin tiada guna yang karena kelaparan memaksa mereka makan di sebuah tempat makan tanpa memikirkan lagi bagaimana mereka harus membayar harga yang tidak bisa mereka bayar. Pemilik tempat makan memaksa mereka untuk membayar harga tersebut, tapi ia tidak bisa mengingkari hatinya yang lemah lembut. Ia memberikan kerugian di pihaknya sendiri dengan menghapuskan biaya makan gerombolan bandit tersebut. Ada sebagian dari bandit itu yang berterima kasih dan sang tuan yang baik hati menjadikan mereka sebagai pekerja-pekerja dan bahkan anak-anak adopsinya. Tapi sebagian dari mereka menolak pembayaran yang sudah dilakukan dan karena ego-nya malah menghujat pemilik tempat makan, tanpa tahu bagaimana untuk membayar hutang dengan uang mereka sendiri. Pemilik rumah makan ini ternyata juga adalah kepala polisi, dan memerintahkan anak buahnya untuk menangkap bandit-bandit tersebut.

Penghapusan kewajiban membayar sudah diberikan, dan ini ditawarkan kepada semua bandit tersebut. Adakah tawaran ini menjadi sia-sia karena ada sebagian orang yang tegar-tengkuk? Sebagaimana seorang ibu yang terus mengasihi anak yang menyakitinya, saya rasa Allah tidak akan merasa sia-sia memberikan kasih-Nya kepada semua orang, bahkan kepada mereka yang menolak-Nya. Tapi tetap saja, hal ini tidak lantas meng-kontradiksi sifat keadilan-Nya:
"Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah." (Yoh 13:8 ).

Pembayaran yang dilakukan oleh Yesus mampu menyelamatkan semua, tapi hanya berlaku bagi mereka yang dengan rendah hati mau mengakui bahwa mereka memang tidak memiliki apa-apa untuk membayar dengan miliknya sendiri. Orang sombong tidak akan dihitung. As simple as that.

Atas Titus 2:11, sandpiper mengutip Matthew Henry yang mengatakan bahwa kata "semua manusia" bukanlah berarti "semua manusia" sebagaimana apa adanya, tapi yang dimaksud adalah tidak hanya orang Yahudi, tapi juga bangsa-bangsa lain. Okay, itu kata Matthew Henry, tapi John Wesley juga memiliki pendapatnya sendiri: "The saving grace of God - So it is in its nature, tendency, and design. Hath appeared to all men - High and low."

Memang konteksnya adalah berita Injil yang harus diberitakan kepada semua orang, agar semua orang memiliki kesempatan untuk menikmati kasih karunia Allah yang menyelamatkan.

Tentu saja kita bisa mengutip siapapun yang mendukung apa yang kita dukung, dan ya, manusia memang lebih suka mendengar apa yang ia inginkan. Tapi kata "pas" pada "pas anthropos" (semua orang) sendiri berarti "..whatsoever, whole, whosoever" (Strong Dict.)


Oke, segitu dulu dari saya. Dari sini saja kita bisa melihat kalau Arminian mengajarkan bahwa Allah sedemikian baiknya untuk menawarkan keselamatan kepada semua orang, meskipun pada akhirnya manusia tersebut memilih untuk menolak Allah.

Thanks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar